Selasa, 14 April 2009
MENINGKATNYA HIV AIDS DI TUBAN
Rabu, 9 April 2009, Aku masuk ke perpustakaan untuk baca-baca. di saana aku kaget setelah melihat berita kenaikan angka hiv Aids di kota tuban. berita tersebut sangat menyedihkan karna tahun lalu penderita hiv Aids di tu ban hanya ada satu orang. Dan yang mengagetkan tahun ini jumlah penderita Hiv Aids Di Tuban meningkat menjadi sembilan orang, perubahan ini sangat signifikan.Yang lebih tragis lagi penderita mulai dari umur empat bulan sampai empat puluh tahun. Haln ini harus segera di atasi, karna jika tidak segera di atasi maka penyebaran hiv Aids ini akan terus meningkat. Dan yang harus berperan banyak dalam hal ini adalah pemerintah, sebaiknya pemerintah melakukan penyuluhan kesekolah-sekolah tentang Hiv Aids. karna saat ini kenakalan remaja kota tuban sudah cukup parah. merka sudah mengenal obat-obatan terlarang,seks bebas dan lain-lain. pemerintah juga perlu melakukan razia-razia ketempat-tempat hiburan malam. dan yang harus di razia secara rutin adalah tempat muda-mudi memadu kasih seperti daerah Terminal baru Tuban. Para orng tua juga harus lebih ketat mengawasi kegiatan anak-anaknya, agar tidak tidak menyesal nantinya. dan untuk temen-temen semua ayo kita jaga diri kita masing-masing dengan cara mencintai diri masing-masing melalui meninggalkan hal-hal negatif, dan mengikuti norma-norma yang berlaku. OK.........!!!!!!!!!!!!!!
PENUGGU BEKTIHARJO MINTA TUJUH NYAWA
Akhir-akhir ini kita telah mendengar kejadian yang sangat mengerikan yang terdengar dari Bektiharjo.Akhir-akhir ini di bektiharjo sering terjadi kecelakaan yang menyebabkan kematian enam orang, yang diantaranya meninggal di pemandian Bektiharjo. Menurut mitos beredar yang saya dengar, hal itu ada hubunganya dengan hal Gaib. kata masyarakat sekitar ada warga sekitar bektiharjo yang membunuh kera di sekitar bektiharjo, yang menurut masyarakat sekitar, kera itu adalah salah satu penunggu di Bektihajo. Dan suatu hari ada pengunjung pemandian bektiharjo yang kesurupan, Dan di dlam omongan orang yang kesurupan itu mengatakan bahwa penunggu Bektiharjo (kera) yang di bunuh itu meminta ganti rugi atas kematianya, yaitu dengan nyawa tujuh orang. dan ternyata omongan orang kesurupan itu tidak bisa di remehkan, tiga hari setelah kejadian itu terjadi kecelakaan yang korbanya tewas, dan setelah berselang tiga hari kecelakaan berulang lagi dan korbanya tewas. dan kabar terakhir yang terdengar pada hari kamis,9 april 2009, salah satu pelajar dari kota gresik yang sedang liburan di pemandian bektihajo menjadi korban keenam yang tewas karna tenggelam.dan jika perkataan orang kesurupan itu memang benar, Berartiu hal ini sangat menakutkan karna dari tujuh nyawa yang diminta baru enam, jadi masih kurang satu nyawa lagi. Kita m,emang tidak boleh seutuhnya percaya dengan mitos itu, tapi alangkah baiknya jika kita mau lebih berhati-hati dalam pejalanan atau berenang di pemandian bektiharjo.Semoga tuhan selalu melindungi kita. amiiiiinnn........................
Sabtu, 14 Maret 2009
Keelokan Tuban. Eksotisme laut utara Kabupaten Tuban
Keelokan Tuban. Eksotisme laut utara Kabupaten Tuban
Aku keliling Tuban pagi itu, sekitar pukul enam. Ah nikmat sekali bersepeda di kota ini. Anak” sekolah, ibu” kepasar, penjual” kelontong, semua naik sepeda. Rasanya mereka cukup pantas ikut bike2work.
Aku kepasar, ke alun-alun, menyusuri jalan-jalan kota yang teduh . Tujuan utamaku adalah ke alon-alon, Hal pertama yang aku tuju dari alon-alon adalah Masjid Agung Tuban yang begitu berdiri begitu megah.
Cukup lama juga aku berdiri di depan Masjid Agung Tuban sambil menikmati keindahan masjid terbesar dan termegah di tuban itu. Dekat sekali dengan laut, ada pasar dan Pantai Boom yang termasyur itu. Dan sebelah timur ada pendopo yang rata dengan tanah karena kerusuhan pilkada tempo hari.
Ditambah sepasang beringin yang menjulur”kan akar tunggangnya alun” Tuban adalah tempat plesir yang memikat. Terutama bagiku.
Selesai menikmati alun” aku segera beranjak ke makam Sunan Bonang. Tak terlalu ramai hari itu. Karena memang hari senin. Hari masuk kerja. Jadi aku bisa menikmati kuburan yang jauh dari angker ini dengan lega. Tak desak”an dengan pengunjung lain. Aku tak berdoa disana. Sekedar ambil beberapa foto dan melihat”. Sayang aku tak bisa melihat pusara beliau. Karena di gembok dan hanya juru kunci yang boleh membukanya. Mungkin jika aku pejabat boleh kali ya. Hehehe…
Setelah puas melihat komplek makam sunan Bonang, aku segera beranjak ke Museum Kambang Putih. Berada di sebelah selatan alun” museum ini memuat sejarah kabupaten Tuban. Ada silsilah bupati Tuban, beberapa guci, gerabah, Lingga, dan masih banyak lagi yang lain. Aku lupa oey. Wah, dasar bloon. Hehehe…
Hari makin siang. aku beranjak ke masjid agung untuk sholat dzuhur. Siang itu udara Tuban sangat bersahabat. Mendung dan sejuk. Awan berarak mengikuti angin laut berkejaran dengan burung” yang terbang bergerombol membentuk kelompok” kecil. Ah betapa indahnya lukisan tuhan. Aku sempat mengambil beberapa gambar sudut dari alun”. Aku sempat memfoto beberapa bagian pendopo. Tapi sayang, pendopo itu telah hangus terbakar.
Setelah berpuas hati dengan alun” dan pemandangan sekitarnya, aku segera ke pantai Boom. Tak berapa jauh dari alun”. Sebelah utara tentunya. Tapi, malang benar pantai termasyur Tuban satu ini. Di beberapa tempat, abrasi menggerusnya tak terkira. Hampir habis bahkan. Sampai” motorpun tak bisa melewatinya. Padahal dulu pantai legendaris ini adalah pelabuhan yang ramai. teramai di pesisir utara jawa timur setelah Surabaya bahkan. Sekarang, ah, malang benar nasibnya. Tak terawat bahkan terancam hilang ditelan laut. Pemeritah daerah tak punya ‘sense of belonging’ sama sekali. Padahal kalau dikembangkan bisa sebagai tujuan wisata bahari yang bagus. Dan wisata sejarah tentunya.Hari itu pantai tak begitu ramai. Hanya ada beberapa pasangan muda-mudi memadu kasih, beberapa pemancing amatir, nelayan dan aku. Hampir tak ada kegiatan ekonomi disana. Memang tak ada yang bisa diharapakan dari pantai yang hampir punah ini kecuali pemandangan sunset dan nama besarnya. Malang nian nasibmu Boom.
Setelah puas menikmati laut dan pantainya yang makin nggak jelas itu, aku segera beranjak ke Gua Akbar. Gua paling masyur di Tuban. Gua yang katanya eksotis tapi diatasnya pasar. Aku sudah pernah sekali kesana. Tapi lupa jalanya. Tipikal orang yang banyak mikir yang penting. Yang remeh” kayak gitu aku nggak bakalan inget, tapi yang susah” aku pasti inget. Khas orang pinter tentunya,,,,he..he..
Setelah nanya” akhirnya aku sampai juga di Goa Akbar. Jalan aksesnya nggak terlalu bagus untuk sebuah tempat wisata andalan. Banyak PKL dikanan kiri jalan. Parkirnyapun kurang represntatif, meskipun cukup dekat dengan lokasi. Tapi untuk Bus, emang agak jauh.aku segera masuk setelah membeli tiket. Cukup murah sih cuma dua ribu rupiah per batok kepala. aku langsung berjalan memasuki gua yang termasyur itu. Ah luas nian kiranya gua ini. Pintunya saja cukup luas dan nyaman untuk dimasuki. Karena hari senin maka aku dapati gua Akbar cukup lengang. Gemiricik air menambah syahdu suasa disana. Aku girang tak alang kepalang. Sudah lama aku merindukan suasana begini. Tenang, senyap dibawah hiruk pikuk pasar yang menjejal diatasnya. Aku berjalan berlambat-lambat menekuri gua ini. aku masuki ruangan demi ruangan dengan pelan. Aikh romatisnya seandainya saja aku berdua dengan pasanganku. Sayangnya aku tak punya pacar. Ah dasar jomblo kesepian. Jomblo tak tahu jaman.
Aku terus bergerak masuk makin kedalam. Tak berapa lama kami melihat makluk sejenisku berduaan. Mereka berasyik masyuk walau melihat kami. Ah, anak manusia modern. Berbeda nian dengan jaman dahulu. Budaya modern menuntut mereka kehilangan identitas. Hehehe…
Lebih dari sejam aku rasuki jiwa Gua Akbar. Jalanya memang sengaja dibuat memutar. Meski ada beberapa bagian yang bertemu tapi ada sekat besi yang memisahkan. Selain itu aku juga ingin menikmati ruangan” yang lain yang mungkin menyajikan sesuatu yang baru. Yang hebat mungkin. Tapi memang ada kekurangan sedikit yang mungkin juga sebagai kelebihan. Banyak sekali kelelawar yang bergantung diatas. Itu tak masalah, tapi karena mereka juga mamalia makanya mereka juga mengeluarkan kotoran laiknya manusia. Bau banget oey. Ya sudah tapi itu mungkin juga menjadi selingan yang menarik dari gua ini. Nggak papa lah. Dan hebatnya pasangan yang asyik masyuk itu ada di ruangan yang bau bukan main itu. Iiihh, hebat nian mereka. Memang kadang cinta bisa mematikan syaraf manusia. Cinta memang gilaHehehe….
Setelah sampai diujung pintu keluar aku istirahat Dan aku sempat sholat di gua itu. Baru aku lihat sekarang gua alami yang ada musholanya. Hebat…hebat…hebat… dan kreatip.
Setelah istirahat beberapa lama dan sambil berfikir kemana lagi tujuan selanjutnya aku segera beranjak. Sekarang aku akan ke klenteng yang ada di pinggir jalan raya Daendels. Jalan itu ada di pinggir laut. Dan dengan klenteng yang yang ada diselatan jalan menghadap langsut ke laut utara. Indah poll pokokna mah.
Setelah berjalan-jalan aku segera mencari makan. Dipinggir laut juga. Perutku sedari tadi minta diisi. hehehe… Dasar omnivora tak tahu malu.
Setelah mengisi bahan bakar tubuh dan menikmati laut pantai utara aku segera beranjak pergi. Tujuanku adalah pemandian Bektiharjo dan gua Ngerong. Untuk pemandian Bektiharjo aku hanya ingin sekedar tahu saja. Tak mungkin aku mandi disana. Matari udah mulai beringsut kearah barat.
aku hanya mampir sebentar di Pemandian Bektiharjo. Sudah sepi aku lihat. Hanya ada beberapa pengunjung saja.
Aku langsung beranjak ke pasar Rengel. Gua Ngerong hanya berjarak dua ratus meter dari pasar itu. Dia ada di pinggir jalan propinsi antara Tuban - Bojonegoro.
Setelah memarkir sepeda aku segera beranjak ke gua. Disinipun aku hanya menjumpai beberapa pengunjung saja. Tak banyak. Mungkin gara” senin dan juga hari sudah sangat sore. Sekitar dua puluh menit aku disana. Aku memberi makan ikan yang luar biasa banyaknya itu. Dan juga dilangit-langitnya berjejalan kelelalawar yang berjumlah ribuan buah. Aku malas menghitungnya.
Gua ini sangat dalam katanya. Dari dalam mengalir terus air yang cukup jernih. Jika ditelusuri akan samapi ke Pemandian Bektiharjo dan Gua Akbar. Aku membayangkan memasuki labirin” gua itu. Aikh betapa indahnya kurasa. Suatu saat mungkin aku akan melaksanakanya.
Setelah berbasa-basi dengan kelelawar dan ikan aku segera beranjak menuju Tuban. Sesampai dirumah aku lansung menuju ke kostku.
Sesampai dikost aku segera istirahat. Badanku rasanya capek bukan main. Lelah luar biasa. Karenanya tak berapa lama aku sudah hilang kesadaran dan terlarut dalam mimpi”.
Rabu, 11 Maret 2009
INFO LOMBA
Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2009
06-01-2009 17:09:37 | Views : 1384
30/06/2009
TUJUAN:
Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) bertujuan untuk membangkitkan minat dan memupuk kegemaran remaja untuk melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah.
SYARAT PESERTA:
Warga Negara Indonesia; Siswa SMA/MA negeri/swasta; Perorangan atau kelompok; Usia maksimum 19 tahun; Bersedia menyerahkan hak cipta hasil karyanya; Tunduk kepada keputusan Dewan Juri.
RUANG LINGKUP KEILMUAN:
Pertanian, Biologi, Matematika, Fisika, Mesin, Elektronika, Kimia, Geologoi, Kesehatan, Psikologi, Bahasa, Kesusastraan, Sejarah, Kebudayaan, Ekologi, Antar Bidang, Ekonomi, Manajemen, Pendidikan, Sosiologi.
Karya tulis dapat berupa penemuan baru, rekaan asli, inovasi, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan masyarakat.
PENYAJIAN:
Judul menarik, singkat, dan mencerminkan isi karya penelitian; Menyertakan pendahuluan yang menerangkan intisari masalah yang diteliti, metode atau tatacara lain yang dipakai untuk mendapatkan data dan informasi; Menguraikan hasil penelitian berdasarkan pustaka yang dipakai; Memberikan secara lengkap daftar pustaka (nama penulis, tahun, judul buku/laporan, nama penerbit, kota).
CARA MENGIKUTI:
Karya dikirim kepada: Sekretariat Panitia
Lomba Penelitian Ilmiah Remaja
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Gedung B Ditjen Mandikdasmen
Jl. RS. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan 12410
Telp. +62 21 75912056, Fax. +62 21 75912057
email:bagpro_pwk@yahoo.com, www.dikmenum.go.id
Setiap karya disertai Nama Lengkap, Tempat/Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Nomor Induk Siswa, Alamat Rumah dan Alamat Sekolah lengkap dengan nomor telepon, Nama Orang Tua dan Pendidikan Orang Tua. Dilengkapi dengan fotocopy kartu OSIS/Kartu Pelajar.
Penerimaan karya penelitian ilmiah oleh Sekretariat panitia dimulai tanggal 2 Mei 2009 dan berakhir tanggal 30 Juni 2009.
PENENTUAN FINALIS & PEMENANG:
Semua karya yang masuk ke Sekretariat Panitia akan diperiksa kesesuaiannya dan persyaratannya. Semua karya yang memenuhi persyaratan akan dinilai oleh Dewan Juri untuk dipilih dan ditentukan sejumlah karya terbaik sebagai finalis. Para finalis hasil penilaian Dewan Juri akan diminta kehadirannya di Jakarta pada waktu yang telah ditentukan untuk diwawancarai guna menentukan pemenang.
HADIAH DAN PENGHARGAAN:
Menteri Pendidikan Nasional akan memberikan penghargaan berupa TABANAS, Piagam Penghargaan, serta hadiah lain kepada semua finalis.
Pemenang Pertama:
TABANAS sebesar Rp. 10.000.000,-
Pemenang Kedua:
TABANAS sebesar Rp. 7.500.000,-
Pemenang Ketiga:
TABANAS sebesar Rp. 6.000.000,-
Pemenang Harapan Pertama:
TABANAS sebesar Rp. 3.500.000,-
Pemenang Harapan Kedua:
TABANAS sebesar Rp. 3.000.000,-
KETENTUAN KHUSUS:
Karya LPIR yang dikirim tidak boleh merupakan bahan yang diajukan untuk persyaratan ujian, penyelesaian tugas sekolah, dan lain – lainnya.
Karya yang diajukan tidak boleh diikutkan pada lomba lain dan juga bukan karya yang pernah diikutsertakan dalam lomba sebelumnya atau lomba lain yang sejenis.
Apabila hasil karya yang terpilih sebagai finalis merupakan hasil karya kelompok, maka yang diundang hanya ketua atau salah satu anggota kelompok yang mendapat kepercayaan untuk mewakili kelompoknya, dengan persyaratan tertulis.
Sumber
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Informasi selanjutnya klik link dibawah ini:
Ranggalawe (lahir: ? - wafat: 1295) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur sampai saat ini.
Peran Awal
Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.
Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari Wenang, yang berarti "benang", atau dapat juga bermakna "kekuasaan". Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.
Selain itu, Ranggalawe juga menyediakan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri.
Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.
Jabatan di Majapahit
Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.
Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.
Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.
Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara
Selasa, 10 Maret 2009
Kabupaten Tuban
Pengen tahu tuban....???
Lambang Kabupaten Tuban | |
Peta lokasi Kabupaten Tuban Koordinat : | |
Motto: Tuban Akbar | |
Provinsi | Jawa Timur |
Ibu kota | Kota Tuban |
Luas | 1.904,70 km² |
Penduduk | |
· Jumlah | ± 1 juta |
· Kepadatan | {{{kepadatan}}} jiwa/km² |
Pembagian administratif | |
· Kecamatan | 20 |
· Desa/kelurahan | {{{kelurahan}}} |
Dasar hukum | - |
Tanggal | 12 November |
Hari jadi | {{{hari jadi}}} |
Bupati | Dra. Hj. Haeny Relawati Rini Widyastuti, M.Si |
Kode area telepon | {{{kodearea}}} |
APBD | {{{apbd}}} |
DAU | Rp- |
Suku bangsa | {{{suku bangsa}}} |
Bahasa | {{{bahasa}}} |
Agama | {{{agama}}} |
Flora resmi | {{{flora}}} |
Fauna resmi | {{{fauna}}} |
Zona waktu | {{{zona waktu}}} |
Bandar udara | {{{bandar udara}}} |
Situs web resmi: {{{web |
Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km. Penduduknya berjumlah sekitar 1 juta jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Wali karena Tuban adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam. Beberapa obyek wisata di Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Makam Wali, contohnya Sunan Bonang, Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota Wali, Tuban dikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada pada deretan Pegunungan Kapur Utara. Bahkan beberapa Goa di Tuban terdapat stalaktit dan Stalakmit. Goa yang terkenal di Tuban adalah Goa Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara, dengan batas-batas wilayah: utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan, sebelah selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah
Daftar isi[sembunyikan] |
[1] Pemerintahan
Kabupaten Tuban terdiri dari 20 kecamatan yaitu: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Grabagan, Widangdan 17 kelurahan yaitu :Doromukti, Sidorejo, Kingking, Kebonsari, Mondokan, Latsari, Sidomulyo, Karang Sari, Ronggomulyo, Baturetno, Sukolilo, Perbon, Sendangharjo, Kutorejo, Karang, Gedongombo, Panyuran
[2] Obyek Wisata dan Cinderamata
Di kota Tuban kita bisa mengunjungi beberapa obyek wisata, di antaranya Gua Akbar, Masjid Agung, Makam Sunan Bonang,Ngerong Rengel, Pemandian Bektiharjo, Air Panas Prataan, Air Terjun Nglirip,Goa Suci,Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi dan Pantai Boom. Cenderamata khas yang bisa dibeli adalah kain tenun (batikgedog) dengan motif yang sangat khas. Motif khas ini juga bisa kita temui dalam bentuk kaos, baju wanita, dan selendang. Selain itu, Tuban juga terkenal sebagai kota Tuak (atau toak dalam bahasa lokal). Tuak adalah cairan (legen)dari tandan buah pohon lontar (masyarakat menyebutnya uwit bogor) yang difermentasikan sehingga memabukkan karena mengandung alkohol. Sedianya legen dibuat menjadi gula jawa, atau dapat juga langsung diminum sebagai minuman yang menyegarkan dan tentu saja, tidak memabukkan, selain itu buah dari pohon lontar (ental atau siwalan ) ini juga bisa dimakan dan berasa manis serta kenyal.
[3] Asal usul
Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.
[4] Geografi
Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Gresik menuju Solo
[5] Suku Budaya
Tuban mayoritas Suku Budayanya adalah Suku Jawa dan minoritas diantaranya adalah suku lain, seperti suku Madura, suku cina, suku Kalimantan, dll. Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo.
[6] Pendidikan
Kualitas Pendidikan di Tuban tergolong sangat baik. Terbukti dengan adanya 3 sekolah yang bertaraf internasional, antara lain, SMP Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, dan SMK Negeri 1 Tuban, serta puluhan SMP dan SMA yang bertaraf Nasional. Menurut rencana, ada 1 SD yang akan bertaraf internasional, yakni SD Negeri 1 Kebonsari dan 3 SMP, yakni SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 5 Tuban, dan SMP Negeri 1 Rengel. Berbagai event lomba di juarai oleh pelajar Tuban. Banyak diantaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Singgahan, SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, dll. Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas Ronggolawe, yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerjasama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Ketua jurusan Bapak Agus Wardhono telah menjadi doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di Universitas Negeri Surabaya.
[7] Tempat Vital Kota Tuban
Sebagai Kabupaten, Tuban memiliki tempat penting seperti Kantor Bupati Tuban, Pendopo Kridho Manunggal (yang pernah dirusak dan dibakar massa), Kantor DPRD, Masjid Agung Tuban, GOR Rangga Jaya Anoraga, dll.
[8] Tuban Tempo Doeloe
Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.
[9] Tuban Pada Masa Penyebaran Agama Islam
Tuban tidak hanya menjadi tempat penting pada masa Kerajaan Majapahit, namun Tuban juga menjadi tempat penting pada masa penyebaran Agama Islam. Hal tersebut dikarenakan Tuban berada di pesisir Utara Jawa yang menjadi pusat Perdagangan arab, dll yang sedang menyebarkan Agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan kisah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga adalah putra dari Bupati Tuban VIII Raden Tumenggung Haryo Wilotikto. Sunan Kalijaga dikenal sebagai Brandal Loka Jaya, karena sebelum jadi Wali Sunan Kalijaga adalah brandal (preman) yang suka mencuri hasil kekayaan Kadipaten Tuban. Namun, hasil curian tersebut untuk para Fakir Miskin. Lama-kelamaan, perbuatan tersebut diketahui oleh ayahanda Sunan Kalijaga dan diusir dari Kadipaten Tuban. Dalam pengasingannya, Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) bertemu dengan Sunan Bonang. Sunan Bonang memiliki Tongkat emas yang membuat Raden Syahid menjadi ingin memiliki tongkat tersebut. Sesaat kemudian, Sunan Kalijaga merebut tongkat emas dan Sunan Bonang jatuh tersungkur. Sunan Bonang menangis dan Sunan Kalijaga merasa iba. Akhirnya Sunan Kalijaga mengembalikan Tongkat Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga bertanya bagian mana yang membuat beliau kesakitan. Namun, Sunan Bonang menangis bukan karena kesakitan, tapi beliau menangis karena memutuskan rumput dan beliau berkata bahwa beliau merasa kasihan karena rumput yang tidak bersalah harus mati tercabut karena kesalahan beliau. Sesaat kemudian, beliau menancapkan Tongkat di Pesisir dan menyemburkan air. Tempat tersebut dinamai Sumur Srumbung. Setelah itu, Sunan Bonang menunjukkan Buah Aren yang berwarna emas. Raden Syahidpun tergoda dan memanjat pohon aren tersebut, tapi sebuah aren menimpa kepala beliau dan beliaupun pingsan. Setelah sadar, Raden Syahid diajak Sunan Bonang menuju Sungai di daerah Sekardadi Kecamatan Jenu. Di sana, beliau menjaga tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan pada sebuah batu. Anehnya, beliau tertidur selama 2 tahun. setelah sadar, Raden Syahid diberi pakaian dhalang oleh Sunan Bonang dan di Juluki Sunan Kalijaga, maksudnya Kali dalam bahasa Indonesia berarti sungai, dan Jaga dimaksudkan karena sudah menjaga tongkat Sunan Bonang.
[10] Tuban Pada Masa Penjajahan
Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah.
[11] Tuban Pada Masa Kini
Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini.
Toeban riwayat doeloe
Seperti halnya dengan kota-kota lain di Jawa
Nama ‘Tuban’ berasal dari sebuah sumber air pada umumnya sumber sejarah kota Tuban sangat tawar yang ditemukan di tempat tersebut. Bahan tulisan yang ada dan penuh dengan misteri ini membuat orang menamakannya ‘me(tu) (ban)yu”campuran antara sejarah dan legenda. Buku “Babad (keluar air). Sehingga tempat tersebut kemudianTuban” yang ditulis olehTanKhoenSwie(1936),dinamakan Tuban. Dulunya Tuban bernamaKambang Putih. Sudah sejak abad ke-11 sampai 15dalam berita-berita para penulis China (padajamandinasti Song Selatan 1127-1279 dan dinasti Yuan(Mongol) 1271-1368sampai jaman dinasti Mingth.1368-1644 5), Tuban disebut sebagai salahsatukota pelabuhan utama di pantai Utara pulau Jawa yang kaya dan banyak penduduk Tionghoanya. Cina menyebut Tuban dengan namaDubanataunamalainnya adalah Chumin. Pasukan Cina-Mongolia (tentara Tatar), yang pada th.1292datang menyerang Jawa bagian Timur (kejadian itu menyebabkan berdirinya kerajaanMajapahit)mendarat di pantai Tuban. Darisanapulalahsisa-sisa tentaranya kemudian meninggalkan P.Jawa untuk kembali ke negaranya6 (Graaf, 1985:164).Tapi sejak abad ke 15 dan 16 kapal-kapal dagang yang berukuran sedang saja sudah terpaksa membuang sauh di laut yang cukujauhdarigarispantai.Sesudah abad ke 16 itu memang pantai Tuban menjadi dangkal oleh endapan lumpur.Keadaan geografis seperti ini membuat kota Tuban dalamperjalanan sejarah selanjutnya sudah tidak menjadi kota pelabuhan yang penting lagi (Graaf,1985:163)Untuk mengurangi kesimpang siuran tentang hari jadi kota Tuban Bupati KepalaDaerah TingkatII Tuban (waktu itu dijabat Drs. DjoewahiriMartoprawiro), menetapkan tanggal 12 Nopember 1293 sebagai hari jadi kota Tuban. Panitia kecil yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Tingkat II
Tuban waktu itu memberi alasan bahwa ditetapkannya tanggal tersebut karena bertepatan dengan diangkatnya Ronggolawe sebagai Adipati Tuban. Ronggolawe dianggap sebagai pahlawan bagi rakyat Tuban, dan dianggap sebagai Bupati pertama kota tuban.
Sekilas Tentang Tuban JATIM
Sekilas Tentang Tuban JATIM | |
Jika Anda mampir ke kota TUBAN, jangan sampai Anda tidak membeli Batik Gedog, sebab kalau tidak, anda pasti menyesal. Batik Gedog salah satu produk unggulan, yang sudah melanglang ke mancanegara. Sentra industri di Desa Margorejo, Kecamatan Kerek, sekitar 35 kilometer ke arah barat pusat kota, menawarkan satu bentuk wisata tersendiri. Sambil berburu batik gedog, yang tahun 2002 produksinya 14.800 lembar, pengunjung dapat melihat proses pembuatan tenun khas Tuban yang didominasi motif burung dan bunga yang masih sangat tradisional: mulai pembuatan benang dari kapas, penenunan, hingga pembatikan. | |
Tuban juga terkenal dengan sebutan "Kota Seribu Goa". Sebagai daerah pesisir, Tuban yang konon merupakan salah satu pintu masuk menuju Kerajaan Majapahit itu juga kaya akan peninggalan zaman lampau yang kini menjadi daerah tujuan wisata. Antara lain terdapat makam Sunan Bonang, Museum Kambang Putih, Klenteng Kwan Sing Bio, yang dipercaya kelenteng tertua di Indonesia, Meskipun mitos ini belum pernah terbukti, tapi banyak orang-orang Tionghoa percaya. Kepiting sebagai simbol pada pintu gerbangnya, menjadi tempat wisata religius. Juga terdapat pemandian alam Bektiharjo dan pemandian air hangat Prataan. Selain itu juga terdapat wisata air terjun “Nglirip” dan pantai Tuban yang penuh memori berpotensi menyedot pengunjung. Goa Akbar yang terletak di Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, lebih kurang satu kilometer dari pusat Kota Tuban. Berbeda dengan umumnya goa yang kerap menimbulkan kesan menyeramkan dan dihuni banyak kelelawar, goa yang berada di bawah Pasar Baru, pasar utama Tuban, tersebut dikembangkan sebagai obyek pariwisata yang menawarkan kesejukan, kenyamanan, dan keindahan tersendiri. karena guanya luas, tempat ini lebih tertata sehingga terkesan menarik. Dalam sehari ribuan wisatawan yang sebagian besar wisatawan lokal berkunjung ke tempat ini. Belum ditambah dengan wisata kulinernya, Kota Tuban juga mempunyai makanan dan minuman khas yang sangat menggoda dan dijamin pasti ingin mencicipinya kembali, seperti Rajungan, Pepes belut, Pepes Kodok, Ayam Panggang Bektiharjo, dan untuk minumannya yang sangat menggoda yaitu “Legen”, yang konon bisa meluruhkan sakit batu ginjal. Minuman Legen merupakan minuman khas daerah Tuban terbuat dari air dahan pohon Siwalan yang banyak bertebaran di daerah Tuban dengan tanpa dilakukan fermentasi, rasanya manis khas, segar dan enak, sekali mencicipi pasti dijamin ingin mencicipinya kembali. Tapi sayang, ada beberapa oknum yang sengaja mencampurnya, sehingga rasanya menjadi lain, jadi bagi para wisatawan yang sengaja berkunjung ke kota kami Tuban tercinta, apabila ingin merasakan Minuman Legen asli mesti selektif dan nanya nanya terlebih dahulu kepada masyarakat setempat, dijamin mereka pasti tau dimana bisa mendapatkan Legen asli, dan biasanya membelinya langsung datang kerumah orang yang berjualan. Minuman Legen lebih enak lagi apabila didapatkan pada musim kemarau. Minuman ini sangat cocok sekali apabila dihidangkan dingin-dingin atau diberi es batu. Apabila anda-anda ingin berkunjung ke kota kami atau sekedar ingin melepas lelah dalam perjalanan dan berhenti ke kota kami, jangan lupa untuk rajin bertanya apabila ingin mendapatkan wisata kuliner kota Tuban, dijamin wisata kuliner kota Tuban sangat menyenangkan dan anda akan merasa puas. Apabila anda sudah puas dengan wisata kulinernya, anda juga bisa mendapatkan oleh-oleh produk olahan laut, sebab Tuban mempunyai produk olahan laut yang sangat layak untuk dijadikan oleh-oleh atau dikonsumsi sendiri, seperti Terasi Tuban, Petis Ikan, Petis Udang, Kerupuk Udang, dan ikan Teri. Meskipun mempunyai beberapa produk unggulan, secara umum usaha pertanian Tuban, yang menduduki peringkat pertama penyumbang kegiatan ekonomi Tuban tahun 2002 dengan nilai Rp 124,8 miliar, masih bersandar pada produksi tanaman pangan, terutama padi dan jagung. Kacang tanah dari Tuban juga sudah terkenal dari dulu, bahkan di kota besar seperti Jakarta kacang dari Tuban mempunyai harga paling tinggi di banding dengan kacang dari daerah lain atau bahkan kacang impor, sebab Kacang tanah Tuban bentuknya tidak terlalu besar namun gurih dan manis rasanya walaupun sudah diolah sekalipun, warna kacang tanah Tuban tetap menarik. Kekayaan hasil laut dari wilayah yang populasi sapi potongnya termasuk empat besar di Jatim itu juga terbilang menggembirakan. Selain tanaman pangan, ekspor berbagai komoditas kelautan cukup berarti nilainya, seperti udang sekitar Rp 5,4 miliar dan teri senilai Rp 46,2 miliar. Tak ayal, ekspor hasil laut ke Singapura, Jepang, Korea, dan Cina menjadi pemasok yang cukup besar bagi sektor pertanian. Oleh karena itu, meski mempunyai cukup banyak potensi industri olahan, seperti legen dan makanan olahan lain dari Kecamatan Tuban dan Semanding atau gerabah hias di Kecamatan Semanding dan Parengan, kebanyakan hasil industri kecil dan menengah Tuban masih berbicara di tingkat lokal. distribusinya pun hanya menjangkau empat pasar tradisional dan satu pasar hewan. Sesuai pergeseran peruntukan Tuban dari daerah agraris menjadi daerah industri yang strategis, Pemda Kabupaten Tuban menata wilayah-wilayah industri dengan wilayah pertanian sebagai penyeimbang. Lima kecamatan yang diperuntukkan bagi kawasan industri, yaitu Palang, Tuban, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar, akan ditopang 14 kecamatan lainnya sebagai kawasan hijau. Dilihat dari segi Obyek wisata dan Geografis, kota Tuban sangat berpotensi menyedot wisatawan, sebab Tuban berada pada jalur Pantura yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke Kota Tuban. Hasil Olahan Laut sampai Minyak Bumi DILIHAT dari karakteristik geografis dan potensi alamnya, Kabupaten Tuban tidaklah jauh berbeda dengan daerah lainnya yang berada di pesisir pantai utara Jawa Timur, seperti Kabupaten Gresik dan Lamongan. Selain memiliki daerah pantai yang cukup panjang, yakni sekitar 65 kilometer, wilayah Tuban juga terdiri dari gunung-gunung kapur dan hutan jati yang saat ini sudah mulai habis. Dengan kondisi alam yang demikian, maka tak heran potensi daerah Tuban menjadi cukup luas, mulai dari laut sampai daratan. Salah satu hasil kekayaan laut Kabupaten Tuban yang sudah dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor adalah potensi ikan teri nasi. Pengolahan ikan teri yang terdapat di daerah pantai, seperti di Kecamatan Palang, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar, hasilnya sudah diekspor ke Jepang. Tidak main-main, kapasitas produksinya mencapai 130 ton dengan nilai produksi mencapai Rp 3,4 miliar per tahun. Tak berbeda dengan kekayaan alam lautnya, potensi perut bumi Tuban juga cukup besar. Salah satu di antaranya adalah minyak bumi. Di wilayah Tuban saat ini sedikitnya terdapat sekitar enam daerah yang memiliki cadangan minyak dan gas (migas) yang akan dan sedang dieksploitasi. Beberapa daerah itu di antaranya di Kecamatan Singgahan dengan 20 sumur yang sebagian sumurnya telah dieksploitasi, yaitu Bangilan, Bukar, Parengan, Jenu, Mudi, dan Rengel. Selain Mobil Oil, perusahaan eksplorasi dan eksploitasi migas yang sudah cukup lama beroperasi di Tuban, yaitu Devon Oil dan JOB Pertamina, serta perusahaan migas dari Cina, Petrochina. Eksplorasi dan eksploitasi migas di Tuban tidak hanya dilakukan di darat, tetapi juga di lepas pantainya. Pertamina memprediksikan terminal transit bahan bakar minyak di Tuban akan beroperasi tahun 2009. Terminal transit ini dimaksudkan untuk menjamin pasokan bahan bakar minyak ke wilayah Jawa Timur dengan pemasangan pipa aliran bahan bakar minyak dari Tuban ke Surabaya yang panjangnya mencapai 140 kilometer. Lokasi terminal transit di Tuban seluas 40 hektar adalah dengan tangki timbun berkapasitas 450.000 kiloliter karena kondisi daerah Tuban dinilai lebih sesuai dan tidak terlalu jauh dari Surabaya. Besarnya potensi alam yang dimiliki Kabupaten Tuban memang telah mengundang sejumlah industri untuk berinvestasi di Tuban. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban tampaknya sadar benar akan potensi daerahnya. Hal ini dapat dilihat dari Rencana Tata Ruang Kawasan Industri (RTRKI) yang disusun. Pemkab Tuban akan menyediakan zona industri seluas 49.210 hektar atau 26,74 persen dari luas seluruh wilayah Kabupaten Tuban. Menurut informasi yang diperoleh dari Pemkab Tuban, luas areal yang sudah termanfaatkan untuk industri sekitar 29.223 hektar sehingga masih ada sekitar 20.097 hektar lahan yang belum digunakan. |
Sejarah Nglirip
AIR TERJUN NGLIRIP RIWAYATMU KINI….
INILAH nasib destinasi di Indonesia. Air terjun Nglirip di Desa Mulyoagung Kecamatan Singgahan, Tuban, Jawa Timur, contohnya. Obyek wisata ini, dulu jadi kebanggaan daerah. Promosi digencarkan. Wisatawan domestik banyak yang datang. Masyarakat di sekitar obyek wisata pun merasakan dampak positifnya.
Memang, pemandangan wisata air terjun ini sangat teduh, sejuk, indah dan menawan. Airnya yang jernih, mengalir begitu derasnya. Juga di balik air terjun itu, ada sebuah goa yang cukup besar. Konon goa ini sering dipakai tempat semedi untuk mencari ilmu.
Cerita lain lagi, dulu di dalam goa ini pernah dihuni seorang wanita cantik yang menanti kekasihnya yang pernah kunjung datang. Cerita wanita itu memang misteri dan sampai kini masih menjadi teka-teki, sehingga keberadaan goa itu pun menjadi sebuah misteri.
Namun kondisi saat ini, panorama alam yang menawan dipadu dengan derasnya kucuran air sungai yang turun bebas dari ketinggian 30 meter, hanya tinggal kenangan. Jumlah turis lokal yang datang grafiknya merosot drastis, apalagi wisatawan mancanegara jangan harap akan datang.
Berkurangnya minat berwisata ke air terjun itu, memang banyak penyebabnya. Antara lain, ditutupnya obyek wisata minat khusus, Goa Putri di Desa Nguluhan, Kecamatan Montong Tuban, lantaran kondisi tanah di sekitar goa sangat labil, rawan longsor.
Penutupan goa yang jaraknya hanya sekitar 7 Km dari air terjun ini, pengaruhnya sangat besar. Mengingat, selama ini wisatawan yang datang ke obyek wisata alam Nglirip, pasti mampir ke Goa Putri. Atau sebaliknya.
Penyebab lainnya, air terjun Nglirip kalah bersaing dengan obyek wisata baru yang bermunculan di Tuban, maupun daerah tetangganya, Lamongan yang aktif mempromosikan obyek wisata bahari Tanjung Kodok, Goa Maharani, Kebun Binatang mini dan Makam Sunan Drajat, salah satu dari Sembilan Wali (Walisongo).
Dengan bermunculan destinasi baru itu, Pemda agaknya sudah tak pernah gembor-gembor lagi promosi air Terjun Nglirip dan Goa Putri yang masih alami. Kabarnya, dua destinasi itu sudah tidak menjadi obyek wisata unggulan lagi.
Namun demikian, warga sekitar obyek wisata itu terus berjuang untuk mengembalikan kejayaan air terjun dengan menggratiskan wisatawan yang berwisata di air terjun. Cuma kena jasa uang parkir Rp 3.000 bagi roda empat. Sayangnya, langkah itu tetap kurang diminati wisatawan untuk datang. Siapa yang peduli? (endy/foto:ist))
Leave a Reply
BATIK GEDOG
"Dog..., dog..., dog..., dog...," suara kayu yang saling beradu terdengar di sudut desa, dibalik rumah-rumah penduduk di Kecamatan Kerek Tuban. Berirama pelan bagai ketukan drum, tiap lima detik. Sesekali suara itu berhenti, menghadirkan kesenyapan. Tak lama, suara itu terdengar lagi, menghadirkan ritme yang sama.
Ya, suara itu bersumber dari sebuah alat tenun yang terbuat dari kayu jati, yang dihentakkan. Sepasang tangan perempuan tampak sangat terampil memainkan alat tenun tradisional dan sederhana, yang sudah puluhan tahun usianya. Kedua belah tangannya menghentakkan alat tenun, sambil sesekali menata puluhan benang yang berjajar rapi, siap ditenun menjadi sehelai kain.
Sumirah, warga Desa Margorejo Kecamatan Kerek, Tuban yang berada di balik alat tenun itu bertutur, setiap kali alat tenun itu digunakan untuk menenun benang akan menghasilkan suara dog... dog... yang terdengar sangat khas. "Makanya, kain tenun yang dihasilkan diberi nama tenun gedog," katanya dengan logat Jawa kental, sambil tersenyum.
Sambil terus menenun, Sumirah, 70 tahun, bercerita dirinya telah ditinggalkan suaminya sejak puluhan tahun lalu. Ia memiliki seorang anak yang kini sudah berputra satu. Berkali-kali sang anak mengajaknya hidup satu rumah. Tapi Sumirah menolaknya. Ia memilih tetap hidup sendiri di rumahnya yang juga sudah tua, sambil terus membuat tenun gedog sebagai penyambung hidupnya yang kian renta.
“Saya tidak punya sawah, juga sudah tidak kuat buruh di sawah. Jadi, satu-satunya yang bisa saya kerjakan ya menenun,” katanya lagi. Saat itu, dia sedang nggarap pesanan seorang pedagang, sepanjang enam meter. Dalam kondisi normal, ukuran itu biasanya bisa diselesaikan dalam tiga atau empat hari. Tapi dalam kondisinya sekarang, Sumirah baru bisa menyelesaikan dalam waktu tidak tentu. Kadang seminggu bahkan sepuluh hari.
Hasil kain tenun sepanjang enam meter itu dihargai Rp 60 ribu. “Beli bahannya saja Rp 15 ribu. Kalau dibeli dengan harga Rp 60 ribu berarti cuma dapat Rp 15 ribu,” katanya merinci. Padahal, menenun diakuinya sangat rumit prosesnya. Mulai mengulur benang, membagi benang sesuai warna dan merajutnya tiap helai, memasangnya pada alat tenun sampai proses tenun sangat panjang dan rumit. Dan itu dikerjakan sendiri, tanpa bantuan siapa pun. Jika tidak biasa, rasanya tidak akan sanggup mengerjakannya.
Potret
Tapi, pekerjaan itu dilakoni Sumirah dengan lapang dada. Baginya, menenun kain gedog bukan semata pekerjaan. Namun sekaligus sebagai pelestarian tradisi, turun-temurun yang entah dimulai sejak kapan. Sejak Sumirah masih kecil pun pekerjaan tenun-menenun sudah ada sebelumnya.
Hingga kini, apa yang dilakukan Sumirah adalah potret dari kegiatan banyak perempuan di Kecamatan Kerek. Di Tuban, Kecamatan Kerek merupakan pusat pembuatan kain tenun. Konon, di tahun 2000-an, jumlah perajin tenun mencapai 1.500-an orang, tersebar di desa-desa. Saat itu, kapas yang dibutuhkan 1.500 pembatik se-Kecamatan Kerek sekitar satu ton per bulan. Setiap 1,5 kilogram kapas jika ditenun menghasilkan selembar batik berukuran 2,5 meter dengan lebar 85 sentimeter.
Namun pada perkembangannya, perajin di desa-desa se-Kecamatan Kerek, seperti Kedungrejo, Margorejo, Jarorejo, Karanglo, Margomulyo, Temayang, Wolutengah dan Gaji, jumlahnya makin menyusut. Ditaksir perajin yang tersisa hanya sekitar 1000 orang. Jumlah itupun termasuk perajin baru yang tersebar di desa Bongkol dan Semanding Merakurak, Tuban.
Menurut Sumirah, batik gedog sebenarnya hampir punah. Ini disebabkan orang sudah tidak suka lagi memintal benang. "Kalau membatik, orang masih senang. Tetapi memintal benang, sangat jarang orang mau. Paling hanya ibu-ibu tua yang mau karena sudah tidak kuat lagi ke ladang. Tetapi, untuk membatik matanya juga sudah tidak mampu. Mungkin karena itulah sehingga orang enggan memintal benang," katanya.
Bagi warga desa di Kecamatan Kerek, pekerjaan utamanya adalah bertani. Sedangkan batik dibuat hanya untuk mengisi waktu luang, saat tanaman sudah ditanam, dan mereka hanya tinggal menunggu waktu panen saja. "Saat musin tanam atau panen, tidak ada yang menenun atau membatik. Semua sibuk di sawah seperti sekarang ini," ujarnya. Saat itu memang agak susah menemui perajin. Hanya satu dua yang kelihatan tekun menenun atau membatik, lainnya rata-rata sedang tidak di rumah, sibuk di sawah.
Namun belakangan batik gedog sudah mulai menggeliat. Benang pintalan sudah tersedia dalam bentuk jadi, tinggal menenun. Para pembatik Tuban juga mulai menyadari bahwa batiknya unik dan cocok dengan selera masyarakat, tidak terkecuali kelas menengah atas, termasuk turis mancanegara.
Motif Unik
Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot tertulis, sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan. Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan perubahan pada batiknya, batik Tuban tetap seperti semula.
Salah satu ciri batik gedog dari Tuban adalah serat benangnya yang kasar. Menurut Aslichah, 45 tahun, pedagang Batik Tulis Gedog, biasanya perajin membuat tiga variasi ukuran kain tenun selain ukuran baku tersebut. "Kalau seser berukuran panjang dua meter, taplak panjangnya satu meter, sedangkan putihan sepanjang tiga meter," katanya.
Selain panjang kain yang beragam, setiap kain juga mempunyai kerapatan tenunan yang berlainan. Struktur tenunan yang merangkai kain itu akan menentukan bentuk perlakuan yang akan diterima oleh kain selanjutnya. Misalnya kain seser, yang mempunyai kerapatan rendah. Jalinan benang penyusun kain tersusun jarang-jarang sehingga terdapat celah antarbenang yang berbentuk kotak-kotak. Akibatnya, kain seser ini tidak dapat diberi motif batik seperti yang saat ini sedang dikembangkan oleh para perajin.
"Kalau mau dibatik, mending buat tenun putihan saja yang tenunannya rapat dan kainnya lemas," ujar isteri HM Sholeh itu. Rahasia membuat variasi kerapatan hasil tenunan, ungkap guru agama itu, adalah dari cara menghentakkan kayu bagian alat tenun. Semakin keras dihentakkan, maka kerapatannya akan semakin tinggi.
"Salur warna-warni dalam selembar kain dihasilkan dari benangnya, bukan dari celupan," ucapnya. Setiap kali akan menenun, setiap benang sudah diberi warna sendiri, sehingga warna yang dihasilkan dalam setiap helai kain merupakan "warna asli" kain itu.
Hal ini berbeda dengan beberapa jenis kain tenun yang pewarnaannya dilakukan usai kain selesai ditenun. "Khusus untuk tenun gedog batik, proses pembatikan dilakukan setelah kain putihan selesai ditenun. Prosesnya sama seperti membatik kain biasa," tambahnya.
Aslichah sendiri terus mengasah ide dan terus mengembangkan warna alam untuk batik buatannya. Guna memperoleh warna batik yang sangat alami, percobaan demi percobaan dilakukannya. Inovasi untuk melahirkan warna alam sesuai dengan warna aslinya terus dimunculkan. "Semua daun, pohon serta tumbuhan sudah saya coba untuk mencari warna alam yang benar-benar alami. Ciri khas batik gedog warnanya nila, agak kegelap-gelapan dan warna ini saya pertahankan sebagai identitas batik gedog Tuban," tuturnya.
Diceritakan, aslinya batik gedog Tuban berasal dari benang yang ditenun dengan cara tradisional. Kemudian kain hasil tenunan itu diberi batik dengan motif-motif khas seperti yang berkembang sekarang. “Karena itulah kemudian, batik itu dinamakan batik gedog,” ujarnya.
Meski diakui masih banyak kendala, Aslichah merasa sudah mantap untuk terus menggeluti dunia batik. “Batik gedog tidak akan pernah punah,” kata ibu empat anak yang telah memulai usaha batik sejak sekitar 17 tahun lalu. Bahkan, menurut keyakinannya, batik tulis gedog akan semakin dikenal dan memasyarakat karena proses pembuatannya unik dibanding dengan batik tulis lain yang tinggal membatik di atas selembar kain produksi pabrik.
"Keistimewaan batik gedog, bukan hanya proses pembuatannya, tetapi juga motifnya seperti panjiori, kenongo uleren, ganggeng, panji krentil, panji serong dan panji konang. Tiga motif batik terakhir dahulu kala konon hanya dipakai pangeran. Batik motif panji krentil berwarna nila malah dinyakini bisa menyembuhkan penyakit," ujarnya.
Motif-motif batik seperti itu, pada perkembangannya tak lagi pada kain tenun gedog semata. Oleh para perajin kemudian dikembangkan pada bahan-bahan kain lainnya, seperti kain katun dan lain-lain. “Itu merupakan salah satu tuntutan untuk memenuhi selera konsumen,” tambahnya.
Kalau semula kain batik tenun gedog terbatas hanya bisa dibuat untuk taplak meja, selendang, kemeja, kini sudah berkembang menjadi motif batik untuk kaos, daster dan pakaian wanita lainnya. Pada perkembangannya pula, menurut Aslichah, justru konsumen lokal banyak yang mencari batik kaos dan semacamnya. Sementara batik tenun gedog banyak dicari konsumen dari Bali atau turis mancanegara.
Pengembangan Pasar
Keunikan batik khas secara kualitas terus membaik. Bahkan menurut Suwoto, pedagang batik asal Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, pemerintah daerah Tuban menetapkan bahwa batik gedog Tuban sudah memenuhi kualitas ekspor. Negara yang menjadi langganan batik gedog Tuban sementara ini adalah Jepang. Selain itu, dalam jumlah kecil, negara seperti Australia dan Belanda juga sering memborong.
Hal itu, menurutnya, tidak terlepas dari keinginan masyarakat sendiri yang ingin mengenalkan batik gedog kepada masyarakat luar. Disamping juga pemerintah sendiri telah banyak membantu untuk pengembangan batik di Tuban. Bantuan itu mulai dari pelatihan-pelatihan, manajemen hingga pendanaan.
Suwoto, yang sudah memulai usaha batik sejak 1988, merasa terbantu ketika mendapat sokongan dana dari pemerintah senilai Rp 13 juta pada 2002 lalu. Modal itu kemudian dikembangkan Suwoto dengan memproduksi banyak batik. Suwoto mengaku, dirinyalah yang memulai membuat modifikasi batik ke kain-kain selain kain tenun gedog.
Seperti kaos dan daster ia buat batik ketika yang lain masih berkutat dengan batik tenun gedog. Saat itu sambutan pasar di luar perkiraan, sangat positif. Sehingga tak ayal, model modifikasi seperti itu diikuti oleh perajin dan pedagang batik tulis lainnya di Kecamatan Kerek.
Hingga kini, batik tulis produksinya sudah merambah ke kota-kota besar di Indonesia. Seperti di Jakarta, Bali dan kota-kota lain di Jawa Timur. “Di Jakarta dan Bali kebetulan ada teman punya galeri dan minta dipasok batik tulis Tuban,” ungkapnya. Selain di kota-kota tersebut, pedagang yang didukung 57 perajin itu, juga gencar memasarkan batik karyanya di tempat-tempat wisata di Tuban. “Pedagang lain juga seperti itu, mereka juga buka dagangan di tempat-tempat wisata di Tuban, seperti di Bonang, dan lain-lain,” ucap wanita berjilbab yang punya tiga toko batik tulis gedog ini.
Namun, belakangan bantuan dari pemerintah itu tidak lagi mengucur, sehingga tingkat produksinya kembali menurun. Kondisi itu rupanya juga dialami banyak pedagang batik tulis gedog di Tuban. “Rata-rata mereka mengeluhkan kondisi yang sama. Katanya kalau bantuan itu sudah dikembalikan, maka pedagang bisa mendapat pinjaman lagi, tapi nyatanya tidak ada,” katanya, tandas.
Selain itu, pemerintah juga mewadahi para pedagang yang ingin memajang batik tulis karyanya dalam berbagai pameran. Baik pameran yang diadakan oleh pemerintah di Tuban, maupun di kota-kota lain. Suwoto sendiri kerap mengikuti pameran, seperti di Surabaya, Bali bahkan Yogyakarta. “Pameran itu bagian dari promosi kami, meski antara biaya pameran sering tidak nyucuk (sesuai, red) dengan pendapatan,” katanya. Yang penting, baginya, batik tulis gedog bisa dikenal masyarakat luas.
Seragam Dinas
Ujud kepedulian pemerintah Tuban lainnya adalah dengan adanya anjuran kepala daerah terhadap jajaran pemerintahannya. Menurut Aslichah, istri HM Soleh, Bupati Tuban menganjurkan kepada seluruh dinas untuk memakai seragam bermotif batik tulis khas Tuban. Memang kemeja yang dibuat bukan dari kain tenun gedog, tapi kain katun yang dibatik dengan batik tulis Tuban.
Diakui, adanya anjuran itu banyak memberi peluang kepada pedagang untuk melebarkan pasar ke berbagai ceruk potensial. Juragan yang dibantu 10 lebih tukang jahit itu, setiap tahun selalu kebanjiran order dari dinas-dinas. “Jumlahnya mencapai ribuan,” ungkapnya singkat. Bahkan, diakui, kalau kewalahan dia memborongkannya kepada tukang-tukang jahit kenalannya.
Anjuran kepala daerah itu bukan isapan jempol. Sebab, setiap Jumat para pejabat dari semua jajaran memakai seragam batik tulis Tuban. Selain para pejabat, PT Semen Gresik di Tuban juga punya program memakai seragam untuk seluruh karyawan. Biasanya dalam dua tahun sekali perusahaan semen itu memesan batik tulis Tuban. Jumlah pesanannya juga tidak main-main, Sekali pesan bisa mencapai 1.500 potong. Tapi belakangan jumlah pesanannya berkurang, hingga 1.200 saja.
Selain itu, pengurus Koperasi Kebonharjo milik Perhutani, juga memesan batik tulis untuk seragam anggotanya. “Banyak anggota koperasi di Tuban yang juga memesan batik tulis untuk dibuatkan seragam. Jumlah pesanan biasanya antara 300-500 potong,” tambahnya. Bahkan sekolah-sekolah mulai SD sampai tingkat menengah, juga menggunakan seragam berbatik tulis Tuban. Memang jumlahnya tidak banyak, “Biasanya sekitar 50-an potong untuk tiap tahunnya.” Namun diakui, model pesanan seperti itu banyak mendatangkan rezeki lebih kepada pedagang. Hanya saja, aku Aslichah, dirinya masih mengharapkan ada pesanan yang pasti, dalam tiap bulannya.
“Kalau ada seperti itu, usaha ini bisa ajeg pemasukannya. Sehingga kita tinggal mengembangkan pasar yang lebih luas, ke luar daerah atau bahkan mungkin ke luar negeri,” harapnya. “Hingga kini model pemasarannya hanya menunggu pembeli datang. Banyak juga pembeli dari Kalimantan, Sulawesi, Bali, Jakarta, Surabaya dan Malang. Kebanyakan mereka yang datang ke sini, bukan kita yang menawarkan hingga ke luar daerah.” Namun, dirinya tetap akan berproduksi batik tulis gedog Tuban dalam kondisi apapun. ”Selagi punya duit untuk beli bahan, dan sanggup menggaji karyawan, saya akan terus membatik,” katanya tandas. -hm