Keelokan Tuban. Eksotisme laut utara Kabupaten Tuban
Keelokan Tuban. Eksotisme laut utara Kabupaten Tuban
Aku keliling Tuban pagi itu, sekitar pukul enam. Ah nikmat sekali bersepeda di kota ini. Anak” sekolah, ibu” kepasar, penjual” kelontong, semua naik sepeda. Rasanya mereka cukup pantas ikut bike2work.
Aku kepasar, ke alun-alun, menyusuri jalan-jalan kota yang teduh . Tujuan utamaku adalah ke alon-alon, Hal pertama yang aku tuju dari alon-alon adalah Masjid Agung Tuban yang begitu berdiri begitu megah.
Cukup lama juga aku berdiri di depan Masjid Agung Tuban sambil menikmati keindahan masjid terbesar dan termegah di tuban itu. Dekat sekali dengan laut, ada pasar dan Pantai Boom yang termasyur itu. Dan sebelah timur ada pendopo yang rata dengan tanah karena kerusuhan pilkada tempo hari.
Ditambah sepasang beringin yang menjulur”kan akar tunggangnya alun” Tuban adalah tempat plesir yang memikat. Terutama bagiku.
Selesai menikmati alun” aku segera beranjak ke makam Sunan Bonang. Tak terlalu ramai hari itu. Karena memang hari senin. Hari masuk kerja. Jadi aku bisa menikmati kuburan yang jauh dari angker ini dengan lega. Tak desak”an dengan pengunjung lain. Aku tak berdoa disana. Sekedar ambil beberapa foto dan melihat”. Sayang aku tak bisa melihat pusara beliau. Karena di gembok dan hanya juru kunci yang boleh membukanya. Mungkin jika aku pejabat boleh kali ya. Hehehe…
Setelah puas melihat komplek makam sunan Bonang, aku segera beranjak ke Museum Kambang Putih. Berada di sebelah selatan alun” museum ini memuat sejarah kabupaten Tuban. Ada silsilah bupati Tuban, beberapa guci, gerabah, Lingga, dan masih banyak lagi yang lain. Aku lupa oey. Wah, dasar bloon. Hehehe…
Hari makin siang. aku beranjak ke masjid agung untuk sholat dzuhur. Siang itu udara Tuban sangat bersahabat. Mendung dan sejuk. Awan berarak mengikuti angin laut berkejaran dengan burung” yang terbang bergerombol membentuk kelompok” kecil. Ah betapa indahnya lukisan tuhan. Aku sempat mengambil beberapa gambar sudut dari alun”. Aku sempat memfoto beberapa bagian pendopo. Tapi sayang, pendopo itu telah hangus terbakar.
Setelah berpuas hati dengan alun” dan pemandangan sekitarnya, aku segera ke pantai Boom. Tak berapa jauh dari alun”. Sebelah utara tentunya. Tapi, malang benar pantai termasyur Tuban satu ini. Di beberapa tempat, abrasi menggerusnya tak terkira. Hampir habis bahkan. Sampai” motorpun tak bisa melewatinya. Padahal dulu pantai legendaris ini adalah pelabuhan yang ramai. teramai di pesisir utara jawa timur setelah Surabaya bahkan. Sekarang, ah, malang benar nasibnya. Tak terawat bahkan terancam hilang ditelan laut. Pemeritah daerah tak punya ‘sense of belonging’ sama sekali. Padahal kalau dikembangkan bisa sebagai tujuan wisata bahari yang bagus. Dan wisata sejarah tentunya.Hari itu pantai tak begitu ramai. Hanya ada beberapa pasangan muda-mudi memadu kasih, beberapa pemancing amatir, nelayan dan aku. Hampir tak ada kegiatan ekonomi disana. Memang tak ada yang bisa diharapakan dari pantai yang hampir punah ini kecuali pemandangan sunset dan nama besarnya. Malang nian nasibmu Boom.
Setelah puas menikmati laut dan pantainya yang makin nggak jelas itu, aku segera beranjak ke Gua Akbar. Gua paling masyur di Tuban. Gua yang katanya eksotis tapi diatasnya pasar. Aku sudah pernah sekali kesana. Tapi lupa jalanya. Tipikal orang yang banyak mikir yang penting. Yang remeh” kayak gitu aku nggak bakalan inget, tapi yang susah” aku pasti inget. Khas orang pinter tentunya,,,,he..he..
Setelah nanya” akhirnya aku sampai juga di Goa Akbar. Jalan aksesnya nggak terlalu bagus untuk sebuah tempat wisata andalan. Banyak PKL dikanan kiri jalan. Parkirnyapun kurang represntatif, meskipun cukup dekat dengan lokasi. Tapi untuk Bus, emang agak jauh.aku segera masuk setelah membeli tiket. Cukup murah sih cuma dua ribu rupiah per batok kepala. aku langsung berjalan memasuki gua yang termasyur itu. Ah luas nian kiranya gua ini. Pintunya saja cukup luas dan nyaman untuk dimasuki. Karena hari senin maka aku dapati gua Akbar cukup lengang. Gemiricik air menambah syahdu suasa disana. Aku girang tak alang kepalang. Sudah lama aku merindukan suasana begini. Tenang, senyap dibawah hiruk pikuk pasar yang menjejal diatasnya. Aku berjalan berlambat-lambat menekuri gua ini. aku masuki ruangan demi ruangan dengan pelan. Aikh romatisnya seandainya saja aku berdua dengan pasanganku. Sayangnya aku tak punya pacar. Ah dasar jomblo kesepian. Jomblo tak tahu jaman.
Aku terus bergerak masuk makin kedalam. Tak berapa lama kami melihat makluk sejenisku berduaan. Mereka berasyik masyuk walau melihat kami. Ah, anak manusia modern. Berbeda nian dengan jaman dahulu. Budaya modern menuntut mereka kehilangan identitas. Hehehe…
Lebih dari sejam aku rasuki jiwa Gua Akbar. Jalanya memang sengaja dibuat memutar. Meski ada beberapa bagian yang bertemu tapi ada sekat besi yang memisahkan. Selain itu aku juga ingin menikmati ruangan” yang lain yang mungkin menyajikan sesuatu yang baru. Yang hebat mungkin. Tapi memang ada kekurangan sedikit yang mungkin juga sebagai kelebihan. Banyak sekali kelelawar yang bergantung diatas. Itu tak masalah, tapi karena mereka juga mamalia makanya mereka juga mengeluarkan kotoran laiknya manusia. Bau banget oey. Ya sudah tapi itu mungkin juga menjadi selingan yang menarik dari gua ini. Nggak papa lah. Dan hebatnya pasangan yang asyik masyuk itu ada di ruangan yang bau bukan main itu. Iiihh, hebat nian mereka. Memang kadang cinta bisa mematikan syaraf manusia. Cinta memang gilaHehehe….
Setelah sampai diujung pintu keluar aku istirahat Dan aku sempat sholat di gua itu. Baru aku lihat sekarang gua alami yang ada musholanya. Hebat…hebat…hebat… dan kreatip.
Setelah istirahat beberapa lama dan sambil berfikir kemana lagi tujuan selanjutnya aku segera beranjak. Sekarang aku akan ke klenteng yang ada di pinggir jalan raya Daendels. Jalan itu ada di pinggir laut. Dan dengan klenteng yang yang ada diselatan jalan menghadap langsut ke laut utara. Indah poll pokokna mah.
Setelah berjalan-jalan aku segera mencari makan. Dipinggir laut juga. Perutku sedari tadi minta diisi. hehehe… Dasar omnivora tak tahu malu.
Setelah mengisi bahan bakar tubuh dan menikmati laut pantai utara aku segera beranjak pergi. Tujuanku adalah pemandian Bektiharjo dan gua Ngerong. Untuk pemandian Bektiharjo aku hanya ingin sekedar tahu saja. Tak mungkin aku mandi disana. Matari udah mulai beringsut kearah barat.
aku hanya mampir sebentar di Pemandian Bektiharjo. Sudah sepi aku lihat. Hanya ada beberapa pengunjung saja.
Aku langsung beranjak ke pasar Rengel. Gua Ngerong hanya berjarak dua ratus meter dari pasar itu. Dia ada di pinggir jalan propinsi antara Tuban - Bojonegoro.
Setelah memarkir sepeda aku segera beranjak ke gua. Disinipun aku hanya menjumpai beberapa pengunjung saja. Tak banyak. Mungkin gara” senin dan juga hari sudah sangat sore. Sekitar dua puluh menit aku disana. Aku memberi makan ikan yang luar biasa banyaknya itu. Dan juga dilangit-langitnya berjejalan kelelalawar yang berjumlah ribuan buah. Aku malas menghitungnya.
Gua ini sangat dalam katanya. Dari dalam mengalir terus air yang cukup jernih. Jika ditelusuri akan samapi ke Pemandian Bektiharjo dan Gua Akbar. Aku membayangkan memasuki labirin” gua itu. Aikh betapa indahnya kurasa. Suatu saat mungkin aku akan melaksanakanya.
Setelah berbasa-basi dengan kelelawar dan ikan aku segera beranjak menuju Tuban. Sesampai dirumah aku lansung menuju ke kostku.
Sesampai dikost aku segera istirahat. Badanku rasanya capek bukan main. Lelah luar biasa. Karenanya tak berapa lama aku sudah hilang kesadaran dan terlarut dalam mimpi”.